Orkestra

Saya termasuk penikmat musik. Saya menyukai alunan melodi-melodi yang terangkai dalam sebuah karya. Meski tidak semuanya. Tapi jika perpaduan molodi serta liriknya “enak” didengar, saya suka.

Tapi biasanya saya menyukai musik yang tidak berlirik. Sebab terkadang ada perpaduan musik yang bagus dengan lirik yang payah. Entah kenapa ketika mendengarkan lirik yang payah itu, kesukaan saya terhadap perpaduan melodi yang terangkai di dalamnya menjadi hilang. Saya kemudian tidak berselera lagi.

Mungkin saya termasuk tipe auditory. Auditory-kinestetik tepatnya. Saya tipe yang mudah teralihkan oleh suara. Sedikit suara yang tidak enak didengar bisa mengganggu konsentrasi saya. Mungkin sebab itu saya cenderung menyukai musik yang tidak berlirik, semacam instrumentalia maupun orkestra.

Oleh sebab itu, terkadang saya tidak tahu tentang musik yang populer saat ini. Dan setelah mendengarkannya-pun saya cenderung tidak menyukainya. Tapi ketika memutar lagu-lagu jadul tahun 90’an, saya cenderung menyukainya. Mungkin selera musik saya terhenti di tahun ’90an. 😀

Menurut saya, musik jaman sekarang cenderung “aneh” di kuping saya. Apalagi ketika memutar band-band yang menjamur saat ini. Aduuuuh mak! Ga singkron sekali dengan penampakan band yang macho namun menyanyikan lagu-lagu cengeng! Casingnya cowok, tapi laguunya ga cowok buanget!

Well, saya memiliki “sugesti” bahwa apa yang kita dengar akan menjadi kebiasaan yang melekat atau bahkan menjadi doa karena diucapkan serte didengarkan berulang-ulang.

Sedikit menggosip, dulu pernah ada lagu yang berlirik; “Pulangkan saya aku ke ayah-ibuku”. Dan ternyata sekian tahun setelah sang penyanyi menyanyikan lagu itu, si doi benar-benar dipulangkan ke rumah ayah-ibunya ama suaminya! Nah lo!

Oleh sebab itu, selera musik saya cenderung aneh. Dari pemilihan artis yang kadang terlihat “jadoel” sampai dengan selera musik yang “out to date” banget!

Oh ya! Sebenarnya beberapa paragraf hanya intermezo doang. Apa yang ingin saya utarakan (timurkan, baratkan atau selatankan mungkin yah?) adalah beberapa hal di bawah ini yang berkaitan dengan selara musik “aneh” dan “tidak merakyat” saya.

Mungkin bisa didengarkan melalui video klip dibawah ini (well, yang baca pake hape kayaknya ga bisa muter video klip dibawah ini deh.. maaf :D)

 

Joe Hisaishi & New Japan Philharmonic Dream World Orchestra

Joe Hisaishi / Princess Mononoke Symphonic Suite

 

Cukup dua aja contohnya. Kalo kebanyakan bisa makan bandwidth. Well, dua contoh orkestra ini dari film animasi yang keren sekali! Pernah saya ulas di tulisan saya salah satunya. Satu dari theme song Laputa; The Flying Castle dan satunya lagi dari film Princess Mononoke. Dua-duanya anime yang keren banget!

Okey, yang saya lihat dari orkestra ini adalah sebuah kerjasama team. Terlihat dari banyaknya personil orkestra tersebut. Bukan cuma empat atau lima orang personil, tapi bisa lebih dari dua puluhan personil. Yang pasti, banyak orang terlibat.

Selain itu, ada beberapa personil yang memiliki tugas yang sangat “sepele”, yaitu hanya memukul gong satu atau dua tiga kali sesuai dengan ketukan irama. Sedangkan yang lain memakai instrumen yang rumit semacam biola, harpa, piano dan sebagainya.

Namun hebatnya kerjasama team, dari banyaknya personil serta beragamnya instrumen yang dipegang. Ketika mereka mampu bekerja sama, tercipta nada-nada yang indah. Yang mampu menggelayut serta memikat telinga saya.

Well, yang pasti nada-nada yang keren seperti itu tak kan mampu tercipta tanpa adanya kerjasama team yang solid. Tak lupa dengan latihannya yang teratur guna menyamakan nada yang ingin didapatkan.

Yah, mungkin ini adalah sebuah tulisan sederhana di tengah liburan kali ini…

Selamat liburan bagi yang merayakannya.. 😀